Friday 11 December 2015

Kehidupan Paska Wisuda 2015 [part. 2] - Riau

Foto buat sepe (CV)

Akhirnya kakak kandung saya memutuskan untuk membelikan tiket ke kota Padang dan juga tiket untuk mobil travel dari Padang menuju Pekanbaru. Malam esoknya saya sampai di Pekanbaru, dan disambut dengan hujan yang sangat deras. Alhamdulillah Puji Allah Swt. Paginya setelah bangun saya melihat dari jendela, Minas hilang dari asap kabut dan matahari sangat bersinar cerah. Bahagia sekali, walaupun sudah di Riau saya syukurnya tidak merasakan sesaknya kabut asap akibat pembukaan lahan hutan untuk sawit dan kertas. Papa saya menyuruh saya sebelum mencari pekerjaan untuk les menyetir terlebih dahulu karena papa juga pengen ikut hehe. Akhirnya hari sabtu minggu depan saya mulai menyetir karena hari-hari sebelumnya saya terkena diare hingga beberapa hari. Waktu 15 jam yang dipisah menjadi 1.5 jam perhari membuat saya dapat menyelesaikan les menyetir di Surya Indah, Rumbai saya kurang lebih dua minggu. Ditandai dengan mendapatkan sertifikat dan surat memo untuk mendapatkan SIM A secara resmi. Terima kasih bang Buyung dan Putri atas kerjasamanya.

Sembari saya mengurus SIM A, kehidupan yang nyatapun dimulai. Membeli pakaian formal putih, membeli amplop A4, mencetak pas foto, memfotokopi KTP, ijazah, dan transkrip nilai kuliah. Modal pakaian batik, celana panjang, dan sepatu fantofel saya pun bergerilya ke hampir semua bank yang ada di Pekanbaru tepatnya di sekitaran Jalan Sudirman untuk memberikan surat lamaran dan CV. Dari pertama kali CIMB dan terakhir saya mengirim Bukopin, sampai tanggal 11 Desember 2015 ini belum ada panggilan resmi dari HRD. Mungkin saja ketika ditelfon oleh perusahaan via telfon dan HRD berkata, “Apakah bapak bisa melaksanan tes bank bla bla pada tanggal sekian?” Bagi saya akan terdengar suara bak malaikat. Hal yang cukup saya khawatirkan adalah handphone saya tak memiliki sinyal yang cukup untuk ditelfon, dilihat dari para keluarga sering kesusahan untuk menelfon saya seperti pengalihan telepon dan tidak tersambung sama sekali. Sempat berpikir untuk mengganti nomor IM3 sekarang dengan nomor Simpati namun saya urungi. Rencananya, setelah resmi bekerja saya harus mengganti kartu saya dengan Simpati. Indosat di Pekanbaru bukan menjadi kartu primadona. Tapi ya, beginilah hidup. Menunggu sampai dapat pekerjaan memang kadang melelahkan. Imbang-imbang dengan skripsi yang tak tahu mau menulis apa.

Banyaknya waktu kosong ini saya manfaatkan untuk membuat paspor di Kantor Imigrasi I kota Pekanbaru tepatnya di Jalan Teratai dekat Jalan Ahmad Yani. Ya, setelah seperempat abad hidup di planet Bumi saya belum mempunyai paspor. Paspor juga sudah menjadi alat untuk kamu bisa survive di era menuju Masyarakat Ekonomi Asean 2016 nanti, walaupun saat ini belum ada hal yang mendesak untuk berkunjung kel uar negeri. But we will never know what will happen next obviously. Nah, sekalian saya memberikan tips apa saja persyaratannya dan apa saya yang harus dipersiapkan. Kita simak di bawah ini.

Pra-persyaratan:
1. Datanglah di pagi hari, karena secara resmi kantor dibuka pada jam 07.30 WIB. Usahakan paling telat datang pada jam 08.00 WIB. Nomor antrian ada 3 sesi. Sesi pertama (60 nomor antrian) untuk yang membuat secara walk-in atau jalur normal, sesi kedua untuk online (50 nomor antrian), dan sesi ketiga untuk skala priorotas (30 nomor antrian); biasanya skala prioritas ini dikhususkan bagi jemaah calon haji, orang yang sakit, penyandang disabilitas, dan orang yang sudah tua. Kehabisan nomor antrian mengharuskan kamu untuk datang esok hari. Kebayang kan kalau kamu cuti kerja, datang telat, gak dapat nomor antrian, tau-taunya jadi hari yang sia-sia.
2. Berpakaianlah yang rapi. Oke, hari gini masih merasa keren pake kaos oblong lusuh, sendal jepit, celana jins yang gak dicuci berminggu-minggu kamu pakai untuk ke kantor pemerintahan? Usahakan menggunakan celana semi formal, formal, chino, atau jins yang satu warna, atasan kemeja, sepatu, dan MANDI. Orang tidak ingin merasa risih duduk di dekat kamu sambil mencium aroma feromon.
3. Pulpen hitam (wajib). Tas, map, air putih, earphone, charger, buku, koran (opsional).
4. Uang parkir seikhlasnya. Kamu gak pengen kan dikata-katain atau minimal diliatin sinis ama abang-abang tukang parkir.
5. Kesabaran dalam mengantre dan menunggu.
6. Udah itu aja, kebanyakan.

Persyaratan:
1. Membawa KTP asli, Kartu Keluarga Asli, dan Akta Kelahiran asli sebagai bukti fotokopi persyaratan itu sah.
2. Membawa 1 lembar masing-masing untuk: KTP, Kartu Keluarga, dan Akta Kelahiran.
3. Fotokopi paspor yang lama dan paspor asli yang lama (jika ingin diperpanjang)


Setelah mengantri saya butuh waktu 2 hari untuk mengurusnya disebabkan maslaah jaringan dan koneksi internet untuk menghubungkan data kita ke pusat imigrasi di Jakarta. Padahal normalnya HANYA SATU HARI. Akhirnya keesokan harinya saya langsung mendapatkan prioritas untuk foto, wawancara, dan mengambil sidik jari. Saya salut dengan birokrasi zaman sekarang walaupun masih banyak kekurangan. Calo dan uang pelicin sudah tidak ada lagi. Setelah urusan foto dan wawancara selesai, sayapun berangkat menuju bank BNI di Jalan Sudirman untuk membayar sebesar Rp 355.000,- sebagai bukti pembayaran paspor dan diambil setelah 3 hari kerja. Sialnya pada saat pembuatan paspor, gedung kantor Imigrasi sedang direnovasi sehingga 2 dari 6 counter tidak dapat digunakan. Menunggu juga tidak nyaman karena bisingnya para tukang bangungan bekerja.

Ada satu hal yang menarik dan membuat saya iba ketika saya berkunjung ke Kantor Imigraasi I Kota Pekanbaru. Banyaknya imigran yang datang dan mereka duduk bahkan tidur di emperan kantor membuat saya sedih. Apa daya ingin membantu, duit di kantong hanya seadanya dan jumlah mereka belasan dan kadang berbeda-beda tiap harinya dari berbagai keluarga. Momen paling sedih adalah ketika saya melihat seorang ayah memeluk anak perempuannya yang masih kecil. Di hari ketika saya mengantre saat sore hari saya melihat anak kecil sekitar 5 tahun tersenyum pada saya. Saya melihat senyum yang tulus dan senyum adalah bahasa yang sangat universal dan mampu membuat orang sekitar menjadi bahagia. Dua momen yang membuat saya untuk banyak bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah Swt. Saya sempat bertanya kepada bocah laki-laki berumur sekitar 8 tahun untuk menanyakan dari mana ia dan keluarganya berasal. Ia tidak bisa bahasa Inggris dan ketika saya memberikan opsi nama negara ia menjawab “Aghanistan” dengan logat yang sangat khas.

Akhir kata, saya benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan sesuai keinginan saya dan halal pastinya. Passion itu bisa ditumbuhkan dan dicintai, yang penting bagi saya adalah suatu pekerjaan itu memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga bagi kita. Uang memang bukan segalanya. Sama seperti kuliah dan sekolah, bekerja juga mencari ilmu. Komarudin Hidayat juga pernah berkata di bukunya: “Hakikatnya manusia ini bekerja, berapapun umur kita”. Ditambah lagi presiden kita sekarang adalah Jokowow. Semangat “Kerja kerja kerja!” semakin mendarah daging di tubuh saya seiring instalasi yang berkelanjutan dari semangat Revolusi Mental. Harus yakin!

11 Desember 2015
16:24 WIB

Kehidupan Paska Wisuda 2015 - Bogor


Clean Up Jakarta Day 2015

Kehidupan paska wisuda memang memiliki banyak cerita dan tuntutan. Ya, itu yang saya rasakan sekarang di penghujung 2015 ini. Tahun yang sangat berkesan bagi saya. Di mana di awal tahun saya menyelesaikan seminar skripsi pada tanggal 30 Januari 2015, sidang akhir skripsi di tanggal 5 Maret 2015, dan berhasil wisuda tahap I tanggal 9 September 2015. Sangat mengasyikkan sekali karena saya berhasil menuntaskan studi saya di Institut Pertanian Bogor selama kurang lebih 5.5 tahun. Setelah wisuda pada hari Rabu saya dan sekeluarga berlibur di kota Bogor tercinta. Sebenarnya mereka sudah datang pada hari senin dan menginap di hotel Duta Berlian dan pindah ke Zest Hotel hingga pulang kembali ke Pekanbaru pada hari Jumat. Namun ditunda karena kendala asap yang membuat beberapa bandara di Indonesia khususnya di Kalimantan dan Sumatera berhenti beroperasi. Pada hari kamis setelah wisuda di hari rabu kami berwisata kuliner, berekreasi di Taman Bunga Nusantara, makan Sate Maranggi di Cianjur, dan menikmati kawasan puncak di kawasan Gantole yang tak jauh dari Puncak Pas.

Setelah menunggu selama satu minggu setelah wisuda di hari rabu, ijazah saya akhirnya keluar. Tepat pada tanggal 16 September 2015 saya dengan menggunakan sepeda motor langsung tancap ke Indomaret untuk jalan-jalan Ke Jogjakarta. Wacana ke Jogja sudah saya rencakanan sejak 2014 saya sedang sibuk-sibuknya mengurus skripsi. Namun harus saya tunda karena skripsi yang belum juga usai. Di rabu sore itu, saya membeli tiket kereta kelas ekonomi PT. KAI seharga Rp 140.000,-. Kebetulan saya mempunyai kenalan teman SMA untuk dijadikan tumpangan dan motor gratis untuk di Jogja Nantinya. Berangkat di malam itu juga, saya menggunakan KRL dari Bogor menuju stasiun Gondang Dia. Stasiun yang dituju yakni stasiun Senen. Disebebakan tak adanya akses KRL menuju Senen saya untuk pertama kalinya saya menggunakan ojek online: Gojek. Bermodalkan smartphone dan uang Rp 15.000,- saya berhasil menuju Senen. Berhubung jadwal kereta saya pas jam 7 pagi esok harinya. Saya pun terpaksa untuk beristirahat di stasiun dan akhirnya kereta berangkat pukul 7 dan sampai sekitar pukul 3 sore hari. Suasana yang tenang dan bikin ngangenin langsung terobati ketika sampai Jogja karena terakhir kalinya saya ke sana pada tahun 2011, 4 tahun yang lalu. Di Jogja, tak banyak yang saya kunjungi. Tapi pada dasarnya ada dua hal yang ingin saya lakukan di sana. Snowboarding di pinggiran pantai Parangtritis dan Candi Prambanan, karena tahun 2011 silam saya hanya ke Borobudur dan tak sempat singgah di Prambanan. Tentu saja Malioboro dan ngopi kopi sachetan di pedestrian titik 0 yang bikin ngangenin tak lupa saya datangi tepatnya saat sore hari.

Tak terasa seminggu sampai di Jogja, sayapun akhirnya cus ke Bandung dengan menggunakan kereta kelas bisnis bersama Arief untuk bertemu Arin dan Devin. Sedangkan Arief sendiri memang sengaja bertemu Ipit, pacarnya yang sekarang berkarir di kota Kembang. Ya, mungkin saja untuk terakhir kali saya bertemu dengan Arin tapi saya yakin pasti akan ketemu lagi. Meang-meong. Pada hari senin di akhir September sayapun kembali ke Bogor setelah senang dan hectic berwisata selama kurang lebih dua minggu di Jogja dan Bandung. Ijazah sudah di tangan, barang-barang sudah di-pack beberapa, dan waktunya kembali ke realita: kembali ke provinsi Riau untuk berkarir di sana. Perenungan saya untuk berkarir di mana cukup banyak menguraskan pikiran hingga akhirnya saya matang untuk tinggal bersama orang tua di Minas dan bekerja di kota Pekanabaru. Cukup lama saya menunggu hingga kabut asap hilang sehingga saya dapat pulang ke kampung halaman.

Di sela-sela itu saya masih sempat mengikuti acara yang menurut saya sangat berkesan, yakni Clean Up Jakarta Day tanggal 18 Oktober 2015. Acara bersih-bersih yang dikelola oleh Expat Jakarta ini saya ikuti walaupun pada malam minggunya saya kurang enak badan. Tapi saya tetap keras hati untuk ikut karena pada awalnya ya terpanggil hati untuk lingkungan dan memang suka kaos dati #TeamSweden yang menurut saya sangat. Saya bergabung bersama #TeamSweden yang diprakarsai oleh Sweden Embassy for Jakarta. Saya berkenalan dengan orang asli Swedia, para diplomat, dan beberapa tim saya: Retno, Aulia, Uca, Fajar, dkk.

Di awal oktober pun saya nekat sendirian pada jumat sore bermodalkan Google Maps dan sepeda motor Supra X 125 tahun 2006 bertolak menuju IKEA Alam Sutera walaupun sempat nyasar di kawasan BSD. Yeah! Akhirnya setelah hampir satu tahun menunggu paska resmi dibuka akhirnya saya merasakan labirin IKEA, makan Kottbullar (bakso ala Swedia) di kantin IKEA seharga Rp 40.000,- yang menurut saya itu bakso paling enak se-dunia. Tapi saya tidak sempat mencoba hot dog dan eskrim cone namun tak apa seharga kurang dari Rp 10.000,-. Berhubung duit yang pas-pasan saya pun akhirnya membeli satu jam dinding merk IKEA sebagai oleh-oleh untuk pulang kampung nantinya.

Akhir bulan Oktober datang jua, para keluarga sudah banyak menelfon untuk memastikan pulang kapan dan tiket untuk pulang ke Pekanbaru. Kondisi udara di kawasan pekanbaru memang tidak layak untuk terbang. Kabut asap menyelimuti Riau hampir 3 bulan namun tak ada tanda-tanda baik yang berarti. Gawat, bisa-bisa saya berpikir 2x untuk bekerja di Pekanbaru. Apa yang akan terjadi? Apakah kondisi ini membuat saya bertahan lama di Pondok AA, Bogor? Simak lanjutannya di Kehidupan paska Wisuda 2015 [part. 2] - Riau”.

Minas, 11 Desember 2015
16:05 WIB

Thursday 23 October 2014

Persepsi Tentang Waktu

Tak ada yang mutlak. Sejauh ini yang mutlak hanyalah kecepatan cahaya. Selebihnya tak ada. Relatif. Atas nama pemikiran sendiri dan apa yang telah dilewati. Semuanya terhitung dengan sendirinya. Sendiri. Namun, waktu begitu saja berlalu. Hilang dalam diam yang merenggut bathin manusia. Ketakutan-ketakutan terhadap hal yang semu. Tak pun masalah pada hakikatnya jika kita tak mendapatkannya. Kita menjadi bias dalam diam dan diam dalam keheningan. Suara yang mempengaruhi waktu dan bunyi yang dipengaruhi sebuah proses yang sedang berlangsung.

Kita hanya melewatinya dan tak mampu bermain-main di dalamnya ke arah depan, apalagi ke belakang. Semua hanya mengikuti sebuah alur yang terlewati di sebuah tempo. Ya, begitulah kita! Takluk terhadap jelmaan ciptaan Tuhan. Hanya mampu mengikutinya, tak lebih dari sekedari anjing dan majikan. Ruang dan waktu tiadalah yang benar-benar tahu. Otak mengukur sesuatu yang tak benar-benar pasti dari suatu ketidakpastian. Warna dalam penglihatan berdifusi dengan waktu yang banyak namun sedemikian percuma sahaja. Akankah kita takluk pada ketakutan yang membuat kita kalah. Mengalahi suatu kebenaran. Kebenaran dalam diam dan tertutupi kesombongan dalam logika manusia. Seketika manusia menjadi musnah.

Bogor Sunyi di Tengah Malam
Sedang mendengarkan Ben Howard - I Forget Where We Are (2014)
00:52 WIB.
23 Oktober 2014.

Wednesday 15 October 2014

Hutan Landak

Sampai di sini
Dibawa oleh suara gitar yang mendesak dengan riff yang bertubi-tubi
Konstan
Namun lama-kelamaan mencapai klimaksnya
Tak lupa menambahkan harmoni
Dan bebunyian ambien nan suasana
Hentikan! Hentikan aku dari ocehan dan suara-suara berprogres ini
Ketenangan lebih utama
Sambil melihat duri-duri dan mendengar tepuk tangan tak henti-henti
Bersamaan
Ini hari Kamis di planet bumi
Terdengar secara tersendat-sendat hingga turun ke bawah
Dipertemukan oleh dua benda asing yang kusuka dan yang satu lagi sebenarnya aku biasa saja terhadapnya
Menarik-narik sambil mendengung-dengung
17 orang di sini harus menari sambil menggali-gali
Apa yang sebenarnya terjadi
Landak
Riuh rendah hingga memekikkan
Buat yang lain muak dengan kesenangan mereka sendiri-sendiri


Bogor, 15 Oktober 2014. Jam 22:35 WIB. Sambil mendengarkan Porcupine Tree - Arriving Somewhere But Not Here dan juga album In Absenthia
Selamat ulang tahun yang ke-64, Papa! Hanya doa yang bisa saya ucapkan kepada Yang Maha Kuasa. Semoga panjang umur dan sehat sentosa.