Akhirnya kakak kandung saya memutuskan untuk membelikan tiket ke kota Padang dan juga tiket untuk mobil travel dari Padang menuju Pekanbaru. Malam esoknya saya sampai di Pekanbaru, dan disambut dengan hujan yang sangat deras. Alhamdulillah Puji Allah Swt. Paginya setelah bangun saya melihat dari jendela, Minas hilang dari asap kabut dan matahari sangat bersinar cerah. Bahagia sekali, walaupun sudah di Riau saya syukurnya tidak merasakan sesaknya kabut asap akibat pembukaan lahan hutan untuk sawit dan kertas. Papa saya menyuruh saya sebelum mencari pekerjaan untuk les menyetir terlebih dahulu karena papa juga pengen ikut hehe. Akhirnya hari sabtu minggu depan saya mulai menyetir karena hari-hari sebelumnya saya terkena diare hingga beberapa hari. Waktu 15 jam yang dipisah menjadi 1.5 jam perhari membuat saya dapat menyelesaikan les menyetir di Surya Indah, Rumbai saya kurang lebih dua minggu. Ditandai dengan mendapatkan sertifikat dan surat memo untuk mendapatkan SIM A secara resmi. Terima kasih bang Buyung dan Putri atas kerjasamanya.
Sembari saya mengurus SIM A, kehidupan yang nyatapun dimulai. Membeli pakaian formal putih, membeli amplop A4, mencetak pas foto, memfotokopi KTP, ijazah, dan transkrip nilai kuliah. Modal pakaian batik, celana panjang, dan sepatu fantofel saya pun bergerilya ke hampir semua bank yang ada di Pekanbaru tepatnya di sekitaran Jalan Sudirman untuk memberikan surat lamaran dan CV. Dari pertama kali CIMB dan terakhir saya mengirim Bukopin, sampai tanggal 11 Desember 2015 ini belum ada panggilan resmi dari HRD. Mungkin saja ketika ditelfon oleh perusahaan via telfon dan HRD berkata, “Apakah bapak bisa melaksanan tes bank bla bla pada tanggal sekian?” Bagi saya akan terdengar suara bak malaikat. Hal yang cukup saya khawatirkan adalah handphone saya tak memiliki sinyal yang cukup untuk ditelfon, dilihat dari para keluarga sering kesusahan untuk menelfon saya seperti pengalihan telepon dan tidak tersambung sama sekali. Sempat berpikir untuk mengganti nomor IM3 sekarang dengan nomor Simpati namun saya urungi. Rencananya, setelah resmi bekerja saya harus mengganti kartu saya dengan Simpati. Indosat di Pekanbaru bukan menjadi kartu primadona. Tapi ya, beginilah hidup. Menunggu sampai dapat pekerjaan memang kadang melelahkan. Imbang-imbang dengan skripsi yang tak tahu mau menulis apa.
Banyaknya waktu kosong ini saya manfaatkan untuk membuat paspor di Kantor Imigrasi I kota Pekanbaru tepatnya di Jalan Teratai dekat Jalan Ahmad Yani. Ya, setelah seperempat abad hidup di planet Bumi saya belum mempunyai paspor. Paspor juga sudah menjadi alat untuk kamu bisa survive di era menuju Masyarakat Ekonomi Asean 2016 nanti, walaupun saat ini belum ada hal yang mendesak untuk berkunjung kel uar negeri. But we will never know what will happen next obviously. Nah, sekalian saya memberikan tips apa saja persyaratannya dan apa saya yang harus dipersiapkan. Kita simak di bawah ini.
Pra-persyaratan:
1. Datanglah di pagi hari, karena secara resmi kantor dibuka pada jam 07.30 WIB. Usahakan paling telat datang pada jam 08.00 WIB. Nomor antrian ada 3 sesi. Sesi pertama (60 nomor antrian) untuk yang membuat secara walk-in atau jalur normal, sesi kedua untuk online (50 nomor antrian), dan sesi ketiga untuk skala priorotas (30 nomor antrian); biasanya skala prioritas ini dikhususkan bagi jemaah calon haji, orang yang sakit, penyandang disabilitas, dan orang yang sudah tua. Kehabisan nomor antrian mengharuskan kamu untuk datang esok hari. Kebayang kan kalau kamu cuti kerja, datang telat, gak dapat nomor antrian, tau-taunya jadi hari yang sia-sia.
2. Berpakaianlah yang rapi. Oke, hari gini masih merasa keren pake kaos oblong lusuh, sendal jepit, celana jins yang gak dicuci berminggu-minggu kamu pakai untuk ke kantor pemerintahan? Usahakan menggunakan celana semi formal, formal, chino, atau jins yang satu warna, atasan kemeja, sepatu, dan MANDI. Orang tidak ingin merasa risih duduk di dekat kamu sambil mencium aroma feromon.
3. Pulpen hitam (wajib). Tas, map, air putih, earphone, charger, buku, koran (opsional).
4. Uang parkir seikhlasnya. Kamu gak pengen kan dikata-katain atau minimal diliatin sinis ama abang-abang tukang parkir.
5. Kesabaran dalam mengantre dan menunggu.
6. Udah itu aja, kebanyakan.
Persyaratan:
1. Membawa KTP asli, Kartu Keluarga Asli, dan Akta Kelahiran asli sebagai bukti fotokopi persyaratan itu sah.
2. Membawa 1 lembar masing-masing untuk: KTP, Kartu Keluarga, dan Akta Kelahiran.
3. Fotokopi paspor yang lama dan paspor asli yang lama (jika ingin diperpanjang)
Setelah mengantri saya butuh waktu 2 hari untuk mengurusnya disebabkan maslaah jaringan dan koneksi internet untuk menghubungkan data kita ke pusat imigrasi di Jakarta. Padahal normalnya HANYA SATU HARI. Akhirnya keesokan harinya saya langsung mendapatkan prioritas untuk foto, wawancara, dan mengambil sidik jari. Saya salut dengan birokrasi zaman sekarang walaupun masih banyak kekurangan. Calo dan uang pelicin sudah tidak ada lagi. Setelah urusan foto dan wawancara selesai, sayapun berangkat menuju bank BNI di Jalan Sudirman untuk membayar sebesar Rp 355.000,- sebagai bukti pembayaran paspor dan diambil setelah 3 hari kerja. Sialnya pada saat pembuatan paspor, gedung kantor Imigrasi sedang direnovasi sehingga 2 dari 6 counter tidak dapat digunakan. Menunggu juga tidak nyaman karena bisingnya para tukang bangungan bekerja.
Ada satu hal yang menarik dan membuat saya iba ketika saya berkunjung ke Kantor Imigraasi I Kota Pekanbaru. Banyaknya imigran yang datang dan mereka duduk bahkan tidur di emperan kantor membuat saya sedih. Apa daya ingin membantu, duit di kantong hanya seadanya dan jumlah mereka belasan dan kadang berbeda-beda tiap harinya dari berbagai keluarga. Momen paling sedih adalah ketika saya melihat seorang ayah memeluk anak perempuannya yang masih kecil. Di hari ketika saya mengantre saat sore hari saya melihat anak kecil sekitar 5 tahun tersenyum pada saya. Saya melihat senyum yang tulus dan senyum adalah bahasa yang sangat universal dan mampu membuat orang sekitar menjadi bahagia. Dua momen yang membuat saya untuk banyak bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah Swt. Saya sempat bertanya kepada bocah laki-laki berumur sekitar 8 tahun untuk menanyakan dari mana ia dan keluarganya berasal. Ia tidak bisa bahasa Inggris dan ketika saya memberikan opsi nama negara ia menjawab “Aghanistan” dengan logat yang sangat khas.
Akhir kata, saya benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan sesuai keinginan saya dan halal pastinya. Passion itu bisa ditumbuhkan dan dicintai, yang penting bagi saya adalah suatu pekerjaan itu memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga bagi kita. Uang memang bukan segalanya. Sama seperti kuliah dan sekolah, bekerja juga mencari ilmu. Komarudin Hidayat juga pernah berkata di bukunya: “Hakikatnya manusia ini bekerja, berapapun umur kita”. Ditambah lagi presiden kita sekarang adalah
11 Desember 2015
16:24 WIB